#first Artikel
Writter: Tri Utami
Editor : Ayu Putri
09:00
Pagi ini aku sedang sarapan dengan sepotong roti berselai strawberry. Sebenarnya hari ini aku sangat tidak bersemangat untuk mengambil raport. Mengingat itu, rasa roti berselai strawberry pun menjadi hambar.
“Ayo non, kita berangkat” ajak Pak Aris supir pribadi ku. Tanpa menjawab aku langsung berjalan menuju mobil jaguar hitam dan duduk di jok belakang.
Sepanjang perjalanan aku hanya diam sambil membayangkan suasana kelas yang penuh dengan orang tua beserta anak-anaknya untuk mengambil laporan hasil belajar yang sudah mereka tempuh selama 1 semester. Aku?. Ya, aku hanya datang bersama seorang supir. Bukan ibuku.
09:21
Tepat dugaan ku. Ruang kelas sangat ramai. Setiap langkah perasaan bimbang menggeluti hatiku.
“ Kenapa non ?” Tanya pak Aris.
“ Kita pulang aja pak”
“ loh?! Kenapa non?” Pak Aris mengkerutkan keningnya.
“ Pak Aris ga liat?! Semua orang datang dengan orang tuanya, sedangkan aku?! “ tanpa basa-basi aku langsung meninggalkan pak Aris yang masih bingung akan kelakuanku.
Saat perjalanan pulang ke rumah, aku melihat seorang anak kecil yang merengek-rengek pada ibunya. Aku menyuruh Pak Aris untuk menghentikan mobil. Aku langsung turun dari mobil dan menghampiri mereka
“Ade kenapa nangis?” tanyaku menatap wajah polos yang basah kar’na air mata.
“ Aku-aku mau es krim, tapi mama bilang kalo mama ga punya uang” jawab anak itu sesenggukan.
Aku menatap wajah ibu itu, lalu berkata kepada anak kecil itu “ aku akan kasih uang ke mama supaya kamu bisa beli es krim” ucapku tersenyum.
“yeei! Asyik! Makasih ya kakak cantik” wajahnya cerah kembali
“eeit! Tunggu dulu, ada syaratnya de”
“Apa syaratnya?” anak itu memiringkan kepalanya.
“suruh mama kamu meluk aku seperti doa meluk kamu. Bisa?” tanyaku berharap.
Anak itu menatap wajah ibunya lalu membisikan sesuatu. Ibu itu mengangguk tanda setuju. Dalam sekejap rasa hangat terkujur di tubuh ku. Ya. Ibu itu memeluku. Tanpa sadar aku meneteskan air mata, ingin rasanya setiap hari aku begini.
21.00
Pintu kamarku terbuka.
“KAREN!!!”
Ternyata itu adalah mama. Ya dia ibuku. Seorang single parent.
“kok kamu ga nyambut mama sih?”Tanya mama sambil mencari posisi duduk yang tepat. “ Biasanya kalau mama datang kamu udah ada di depan pintu, ada apa sayang?”
“mama tau ga kemaren ada apa?” tanyaku.
“ kemaren?”mama memikirkan sesuatu. “Kamu ulang tahun ya? Yang keberapa? Mama lupa..” ucapnya dengan rasa tak berdosa.
“ bukan itu ma..” keluh ku
“lalu?”
“kemaren kan aku udah kasih tau mama lewat SMS. Masa mama lupa?”
“kayaknya mama ga baca SMS kamu”
“kemaren aku terima raport” ucapku kesal.
“ooh.. terus raportnya mana? Bagus ga nilainya?”Tanya mama lagi.
“ga ada”
“kok bisa ga ada?” mama heran.
“ gak ku ambil”jawabku tenang.
“kenapa?” kerutan di wajah mama bertambah.
“ma, temen-temen aku datang kesitu dengan orang tuanya. Tapi aku?? Aku hanya datang dengan seorang supir, aku malu ma, AKU MALU! Hanya kar’na raport saja aku harus merengek memohon sama mama. Kenapa sih kamu ga pernah merhatiin aku? Apa anak mama sudah berubah menjadi uang?!” bentak ku kesal.
“ KAREN!”suara mama meninggi. “ kamu pikir mama keluar kota untuk bersenang-senang? Mama kerja banting tulang, lari sana lari sini, kerja samapi larut malam, itu semua buat kamu Karen!”.
Aku hanya diam.
“ besok mama akan pergi ke Palembang, mama mau istirahat dulu” kata mama sambil keluar kamarku.
Pikiranku kacau. Aku mengambil kunci mobil. Aku melaju kencang menuju tempat Dunia Gemerlap. Dugem.
22.00
“1 lagi” kata ku sambil menggoncangkan gelas kosong di tanganku.
“lo udah minum banyak dari tadi” kata sang bartender mengingatkan.
“ bukan urusan lo!”
Lama-lama aku merasa penglihatanku memudar, kepalaku berputar, perutku mual. Perasaan itu lah yang terakhir kali kurasakan.
08.00
Gelap. Sangat gelap. Satu titik cahaya yang menyilaukan mataku. Satu titik terpancarnya kehidupanku. Ku kejar. Ku berlari. Dan ya, aku mendapatkan titik cahaya itu. Aku tersadar. Kubuka mataku perlahan, mencoba menangkap secara jelas pemandangan di depan mata.
“ma..”kataku lirih. “ma.. “ aku masih berusaha menangkap penglihatanku.
Tiba-tiba suster datang dan terkejut.
“ loh?! Kok kamu bangun lagi?” wajahnya terkejut.
“memangnya saya kenapa?” tanyaku heran.
“kamu sudah dinyatajan meninggal tadi malam. Kami juga sudah meberitahu keluarga kamu”suster menjelaskan.
“ga mungkin sus. Ga mungkin! Aku tidak percaya, lalu kenapa saya masih hidup?” dalam kegalauanku, suster langsung berlari memanggil dokter.
Suster tersebut kembali dengan seorang dokter. Seperti biasa, dia memeriksa jantung, mata dan mulutku.
“ini benar-benar luar biasa!”kata sang dokter bahagia. “segera hubungi keluarganya”.
“ baik dok” kata suster dan langsung pergi.
“tapi saya benar-benar masih hidup kan dok? Bukan mimpi?” tanyaku meyakinkan.
“ iya, ini adalah keajaiban. Bersyukurlah.”
06.25
Aku melakukan aktivitas ku seperti biasa. Aku berangkat ke sekolah. Entah kenapa, semua orang melihatku. Risih. Itulah yang kurasakan. Mereka memandangku seakan-akan aku orang asing di sekolah inim padahal aku adalah anak seorang donator terbesar di sekolah ini. Pasti tidak ada yang tidak kenal padaku.
“ka-karen..” kata siska, teman sekelasku.” Kok lo masih hidup? Bukannya kemaren lo…”
Ternyata semua orang di sekolah ini sudah tau. Aku merasa tidak nyaman. Mataku panas. Aku memutuskan untuk kembali ke rumahku.
09.10
Hari ini aku masuk di sekolah baru. SMA Tunas Bangsa. Aku berharap disekolah ini ada yang mau bersahabat denganku tanpa melihat kekayaanku. Sahabat yang mengerti aku. Sahabat yang selalu ada untuk ku. Sahabat yang keberadaannya tidak pernah kusadari selama ini.
Saat aku melewati gedung sekolah, aku melihat seseorang berambut panjang terurai indah, kulit putih bersih dan wajah menawan. Tak sengaja tatapan kami bertemu. Dia tersenyum padaku. Senyum yang sangat cantik, senyum yang mengawali kisahku.
“hai” sapaku
“ haii.. “balasnya dengan riang.
“ ngapain berdiri di depan gudang seperti ini?” tanyaku.
“ tidak apa-apa”jawabnya.
“ hmm.. nama lo siapa?” tanyaku lagi.
“ angel, Lo?”
“Karen “ jawabku singkat.
“ anak baru ya?”
Aku mengangguk.
“pindahan dari mana?”
“ SMA Harapan Bangsa”
“ooh, sekolah elit itu ya?”
Aku hanya tersenyum.
“ lo punya masalah di sekolah lama” katanya tiba-tiba.
“kok tau? Lo bisa baca pikiran orang?” tanyaku heran.
“sedikit”.
****
Semenjak pertemuanku dengan Angel, setiap hari kedekatan ku dengannya semakin bertambah. Aku merasa nyaman berada di dekatnya. Aku juga bisa leluasa mencurahkan isi hatiku kepadanya. Dia megajarkan ku banyak hal. Inspirasi. Motivasi. Semua kudapatkan dalam dirinya. Nilai bagus kudapatkan, guru tak satu pun yang tidak mengenalku.
Angel mengajariku tentang berartinya hidup ini. Angel selalu memberi arahan dalam segala tindakan ku. Kar’na nasehatnya, aku mengetahui betapa sayangnya mama kepadaku. ‘setiap orang tua memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan rasa sayangnya’ itulah yang kudapatkan dari Angel.
Angel membuatku sadar, bahwa aku adalahorang yang sangat beruntung. Terimakasih Tuhan, Kau telah kirmkan Angel sebagai sahabatku. Sahabat yang sesuai dengan harapan ku.
1 bulan kemudian
09.10
Gudang sekolah. Tempat pertemuanku dengan Angel setiap hari. Tapi ketika aku sampai di depan gedung sekolah, “pemandangan yang asing”itulah pikirku. Kemana Angel? Biasanya dia lebih cepat dari padaku. Aku coba lemparkan pandangan ke arah-sudut lain. Tidak ada. Aku mulai khawatir. Tidak seperti biasanya aku Angel begini.
Aku langsung berlari menuju kantin. Rasa takut kehilangan muncul. Semakin kencang aku berlari.
“hh-hh-hh bu.., liat cewe di depan gedung itu ga, tingginya seperti aku aku, kulitnya putih dan rambutnya panjang?” tanyaku terengah-engah.
“saya ga pernah liat” jawab ibu itu cuek.
“ masa sih bu? Ibu sering liat saya ngobrol bareng dia kan di depan gudang itu? Tanyaku heran.
“ ya saya memang sering melihat kamu di depan gudang. Tapi saya hanya melihat kamu seorang diri saja, tidak bersama teman”
20.00
Suara itu. Suara yang familiar ditelingaku. Suara yang menyuruhku untuk bertemu di tempat kenangan.
Cahaya lampu,cahaya rembulan dan cahaya bintang. Mereka sangat indah. Pemandangan yang tak bisa di lupakan.
“Karen..” panggil seseorang yang suaranya kurindukan.
“ANGEL!” teriak ku senang.
Terkejut. Sayap itu. Cahaya putih itu. Aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Angel terlihat seperti malaikat! Ya, dia tampak seperti MALAIKAT!
“Karen, maaf telah menipumu selama ini.. aku bukan manusia biasa sepertimu, aku hanyalah seorang yang memiliki pengalaman hidup sepertimu, foya-foya, pesta pora, menghambur-hamburkan uang, meyusahkan orang tua hingga aku putuskan untuk mengakhiri hidupku disini”
Aku langsung melihat ke dasar gedung.
“jangan pernah melakukan hal yang sama! Kamu akan menyesal, perasanmu tidak akan pernah tenang. Aku diberi waktu untuk kembali ke bumu bukan untuk kembali menjadi manusia. Tapi aku ingin ketika aku benar-benar meninggalkan dunia ini, aku bisa mencegah satu orang yang kbernasib sama sepertiku untuk melakukan apa yang pernah kulakukan”
“kenapa Cuma aku yang bisa liat kamu?” tanyaku.
“karena aku memang datang untuk kamu” jawabnya. “kamu memang terlihat lemah, tapi sebenarnya kamu adalah wanita yang kuat. Butinya kamu bisa mengatasi kelkuan ibumu, bersyukurlah dengan apa yang kamu miliki saat ini. Kamu tau, ada orang yang harus membeli waktu ? untuk bertahan hidup saja dia perlu obat-obatan walau dia tau pada akhirnya dia akan tetap kembali ke tempat dimana dia di ciptakan”
“tapi kenapa kamu harus pergi saat kamu sudah mengajariku banyak hal?”
“tempatku bukan disini ren, tapi tenang saja. Di atas sana, aku akan selalu mengawasi mu. Aku percaya, kamu akan selalu mengingat kata-kata ku”jawabnya.
Pantulan cahaya dari langit mengangkat Angel naik keatas. Semakin tinggi, hingga tak terlihat lagi.
“kamu memang Angel. Kamu memang malaikat. Malaikat yang cantik yang mengubah hidupku, sahabat yang berarti bagiku” kataku sambil menatap langit. “ semoga kamu tenang disana… ternyata sahabatku adalah seorang malaikat yang telah merubah hidupku”.
~my guardian Angel~
17 Agustus 2010 pukul 08.06
ehm,,,,it's not bad story. full of imagination.
tapi kalau boleh kasih saran,,konfliknya kurang tajam, penggambaran karakternya juga di eksplore lagi.
tapi overall is great..
kembangkan ya Tri,
write, write and write what you've seen, heard and felt
by me,
one of your teachers
22 Agustus 2010 pukul 23.02
i know you! u must be Mrs. Eka! hahahha